Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta
Novita Sekarwati, Eva Runi Khristiani, Ariana Sumekar
Abstract
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting karena anak kecil merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap permasalahan gizi khususnya stunting. Keterbelakangan pertumbuhan menyebabkan anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi kronis dan kekurangan gizi sesuai usia mereka. Risiko jangka pendek akibat malnutrisi mencakup peningkatan morbiditas dan mortalitas, gangguan perkembangan, dan peningkatan beban perawatan dan pengobatan. Risiko jangka panjang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan reproduksi, berkurangnya konsentrasi belajar, dan berkurangnya produktivitas kerja. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan kecenderungan genetik, salah satu permasalahan gizi yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak adalah stunting. Masalah gizi pada anak dibawah 5 tahun yang tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya. Kondisi ini menandakan anak mengalami gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi yang tidak terpenuhi dalam jangka waktu lama. Berdasarkan data Survei Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan masalah gizi lainnya seperti gizi buruk, wasting, dan obesitas. Prevalensi pada anak kecil meningkat sejak tahun 2016, mencapai 29,6% pada tahun 2017 dari 27,5%. Indonesia menempati urutan ke 17 dari 117 negara dengan prevalensi 30,8%. Metodologi penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Untuk populasi sebanyak 53 orang, metode pengambilan sampel menggunakan total sampel (ibu yang memiliki bayi stunting). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian stunting dengan p-value 0,000. Terdapat hubungan antara kesehatan lingkungan dengan kejadian stunting dengan nilai p value sebesar 0,038.