Tinjauan epidemiologi kejadian tuberkulosis paru pada anak di wilayah Puskesmas Prambanan, Kabupaten Klaten
Abstract
Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) anak masih menjadi masalah kesehatan serius di negara dengan beban tinggi seperti Indonesia. Diagnosis TB anak sulit ditegakkan karena gejala klinis yang tidak spesifik serta keterbatasan pemeriksaan bakteriologis, khususnya pada anak usia dini. Berbagai faktor seperti usia, status gizi, riwayat ASI, paparan kontak TB, paparan asap rokok, serta kondisi sosial ekonomi keluarga berperan penting dalam kerentanan dan perjalanan penyakit TB pada anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif berdasarkan data rekam medis anak penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Prambanan, Kabupaten Klaten, tahun 2023. Kriteria inklusi adalah data yang lengkap. Variabel yang dikaji meliputi karakteristik demografis, sosial ekonomi, riwayat ASI, status gizi, riwayat kontak TB, dan paparan asap rokok. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi.
Hasil: Dari 17 kasus TB anak, sebagian besar adalah laki-laki (70,6%) dan berusia 0–12 bulan (64,7%). Mayoritas ibu berusia 25–34 tahun (70,6%) dengan pendidikan SMA/SMK (70,6%). Sebagian besar anak menerima ASI eksklusif (94,1%) dan mengalami kenaikan berat badan 500–1500 gram selama terapi. Status gizi baik ditemukan pada 52,9% anak. Sebanyak 64,7% memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dan 58,8% terpapar asap rokok.
Kesimpulan: TB paru pada anak lebih banyak terjadi pada laki-laki usia dini dengan faktor risiko utama berupa usia muda, kontak erat dengan penderita TB, paparan asap rokok, serta faktor sosial ekonomi. Upaya edukasi kepada orang tua, penguatan deteksi dini, manajemen kontak, peningkatan gizi, dan pengurangan risiko lingkungan sangat penting untuk pengendalian TB anak.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.47317/mikki.v14i1.730
Copyright (c) 2025 Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia
View My Stats